Makanan Dengan Sifat Panas dan Sifat Dingin

Menurut Ibnu Qayyim, semua protein hewani memiliki sifat yang panas. Sebagai contoh, konsumsi protein hewani dapat memberikan efek panas pada tubuh kita. Terlalu banyak mengonsumsi protein hewani bisa menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan sifat panas. Misalnya, kelinci; sate kelinci cocok untuk orang dengan asma karena asma bersifat dingin. Namun, kelinci tidak disarankan untuk orang dengan darah tinggi karena dapat menimbulkan sensasi kehangatan.

Selanjutnya, kambing, terutama kambing Jawa, bersifat panas dan kering karena dagingnya yang tidak terlalu berlemak. Dibandingkan dengan domba, kambing lebih kecil dan lebih kering, sedangkan domba bersifat panas dan lembap. Bebek, ayam, kuda, dan unta juga termasuk dalam kategori hewan darat yang bersifat panas.

Untuk hewan air, seafood seperti cumi-cumi, udang, kerang, dan lobster juga bersifat panas. Oleh karena itu, orang dengan asam urat tinggi disarankan untuk menghindari seafood karena kombinasi panas dengan panas dapat memperburuk kondisi.

Ikan dengan daging berwarna gelap, seperti tongkol, cenderung bersifat panas dan tidak cocok untuk orang dengan masalah atau risiko penyakit panas. Sebaliknya, ikan dengan daging berwarna putih, seperti gabus, tuna, salmon, dan tenggiri, lebih cocok, terutama untuk ibu hamil.

Ibnu Qayyim dan Imam Nawawi menyarankan agar ibu hamil di trimester pertama tidak diberikan daging yang bersifat panas dan kering, seperti kambing Jawa. Bagi orang dengan asam urat tinggi yang ingin mengonsumsi kambing, disarankan untuk memilih kambing yang masih menyusu (batibul atau balibul) karena nutrisinya berasal hanya dari susu ibu, sehingga sifatnya lebih netral atau hangat.