Efek Puasa Terlalu Extrim

"Ya Rasulullah, puasa apa yang terbaik?"

Nabi menjawab, "Puasa Senin dan Kamis."

Sahabat tersebut kemudian menjalankan puasa itu. Setelah berhasil melaksanakannya, ia kembali bertanya, "Ya Rasulullah, adakah yang lebih baik lagi?"

Nabi menjawab, "Puasa Daud."

Sahabat itu pun menjalankan puasa Daud, yaitu puasa selang-seling: sehari puasa, sehari tidak. Namun, ia terus bertanya apakah ada puasa yang lebih baik lagi. Hingga akhirnya, Nabi menegaskan bahwa tidak ada puasa yang lebih baik dari puasa Daud.

Sahabat tersebut sangat bersemangat dalam berpuasa, bahkan terlalu sering hingga jarang memberikan waktu istirahat bagi tubuhnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memperingatkannya agar tidak terlalu ekstrem dalam beribadah.

Ketika sahabat itu memasuki usia tua, ia mengalami gangguan kesehatan. Penglihatannya memburuk, kelembaban matanya menghilang, hingga akhirnya ia mengalami kebutaan.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa dalam ibadah, sebaiknya mengambil jalan tengah. Jangan terlalu ekstrem ke kanan, yaitu berlebihan hingga membahayakan diri sendiri, dan jangan pula terlalu ekstrem ke kiri, yaitu meninggalkan ibadah sama sekali. Bahkan dalam berpuasa, harus ada keseimbangan. Rajin berpuasa itu baik, tetapi jika terlalu berlebihan hingga mengabaikan kesehatan, maka itu tidak terpuji. Sebaliknya, tidak berpuasa sama sekali, apalagi meninggalkan puasa Ramadan, juga merupakan tindakan tercela.