Kuantitas Jima Suami Istri

Terkait hubungan suami istri, kita tidak bisa menerapkannya dengan pola atau standar yang kaku, seperti harus dilakukan sekian kali dalam seminggu. Masing-masing orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda-beda. Para ulama pun dalam pendekatannya sangat bijak dan masuk akal.

Hubungan suami istri tidak bisa dipatok minimal tiga kali dalam seminggu, karena tubuh setiap orang berbeda. Ada yang bertipe panas-lembap, panas-kering, dingin-lembap, dan dingin-kering. Semua ini memengaruhi kebutuhan dan kemampuan dalam hubungan suami istri.

Misalnya, ada orang bertipe panas ekstrem, yang mungkin saja memiliki hasrat tinggi hingga bisa melakukan hubungan suami istri beberapa kali dalam sehari. Pernah suatu kali ada seorang pria bertanya,
"Ada obat penguat nggak?"
Saya tanya, "Kenapa? Kamu lemah?"
Dia jawab, "Saya tidak lemah. Tapi istri saya dalam sehari minta sampai delapan kali."

Ini contohnya. Jika seseorang memiliki pasangan dengan kebutuhan demikian, maka harus benar-benar memperhatikan kemampuan diri. Jangan terburu-buru ingin poligami jika kondisi seperti ini belum bisa ditangani. Bisa-bisa kelelahan berat.

Kesimpulannya, kebutuhan hubungan suami istri tidak bisa dipukul rata.
Untuk program hamil (promil), waktu terbaik untuk berhubungan adalah saat syahwat sedang memuncak, karena pada saat itu air mani berada dalam kondisi paling optimal—baik dari sisi suhu maupun kekentalannya. Salah satu tanda fisiologisnya adalah ketika gairah begitu tinggi sampai terasa naik ke kepala—ini bisa menjadi indikator waktu yang baik untuk mendatangi istri Anda.